Senja belantara jiwa jiwa kegersangan udara meretak sukma.
Pada mereka yang menyanjung sinar di puncak kasih mampu mengenal lebih dari
setitis rasa yang dirembes secara natural, bernama cinta. Lebih dari dogma
semata, apa cinta sebenarnya? Penuh dengan rasa yang cukup, sekalipun tidak
tergambarkan.
Saorang pria berjalan kesaorangan di tengah kota mencari
hala tuju yang tidak pasti, di tengah pagi. Sedang beberapa manusia kekurangan
nasib yang diberi Tuhan, tidur beralaskan dengan helaian kotak kotak
lusuh lagi lembap dek renjisan hujan yang tidak semena. Tapak kaki mereka
kelihatan sungguh kasar dan matang. Matang dengan liku liku yang bertandang sepanjang hari ini. Terkadang nasib dipinta pada Tuhan bukan untuk keseronokan
semata untuk kesekian harinya, tetapi cukup dengan bahagia. Bahagia dengan
selipar baru, kotak baru yang keras dan tidak berbau lembap. Udara segar yang
dihidu yang wujud di hening hari sahaja. Elok Subuh berkumandang, jalan raya
terus dipenuhi orang orang keramaian yang berpusu mengejar masa. Ya, mereka
yang hamba masa ini lebih ketara sifatnya terlihat di tengah kota metropolitan.
Pria tadinya mengenang nasib mereka yang di kaki lima,
hingga terlupa akan nasib sendiri. Puas mengukir senyum pada pantulan cermin di
bangunan bangunan yang menyucuk langit, tetapi mana bisa merawat hati semudah
itu. Dia perlukan dos dan kos rawatan hati yang lebih efisyen. Parut yang
terjadi lebih dalam dari yang sebelumnya. Sungguh, perlukan lebih banyak masa
bagi benar benar merawat.
Terkenang pada masa lalu, tidak disangka langsung perempuan
yang lemah dan lembut sifatnya itu mampu melukis parut hingga terlihatkan di
wajah sang pria. Perempuan yang sangat disanjung akan setiap perilaku serta
genius mindanya itu, lebih hebat bermain cinta dengannya hingga terlupa membawa
kata setia sekali. Cukup dengan senyuman yang paling manis, perempuan itu sudah
mampu menundukkan kata hati pria. Melihatkan perkara sebegini, pria itu memang nampak
polos hatinya. Bersih lagi naif. Tetapi kini, semacam polos juga cuma lebih kepada polos yang berwarna
merah pekat. Warna darah kering, hasil dari parut terkena tikaman perempuan
kesayangan itu.
Pria mahu hidup kembali. Tidak lagi dia mahu berselubung
dalam mimpi lalu serta kekecewaan yang entah bila mampu pulih itu. Dia bersama mimpi
mimpi barunya, akan menggoncang dunia. Cukup untuk dunianya sahaja, tidak perlu
untuk menggoncang dunia sebenar hingga mengganggu destinasi manusia lain secara
teknikalnya.
Dengan tiap doa dan kebaikan yang pernah dirahmati Tuhan
selama ini, pria itu terus melangkah keluar dari kawasan gelap yang dipenuhi
dengan manusia manusia yang kekurangan nasib tadi, hingga menemukan cahaya yang
benar.
Kita harus percaya bahawa, tanpa kegelapan cahaya tidak akan
muncul. Jadi, kegelapan juga adalah suatu fasa yang baik untuk mereka mereka
yang tersungkur, menghargai masa lalu yang gelap itu sehingga bertemu dengan
masa depan yang cerah.
Si pria meneruskan jalan. Sambil berdoa nasib turun
untuknya walau sedikit, selebihnya pada mereka yang lain dikaki lima. Tidak
mengapa.
Dan terus, pria itu tetap berjalan...
Dan terus, pria itu tetap berjalan...
No comments:
Post a Comment