May 17, 2016

Kecerahan Di Ufuk Menanti Masa Gelap Bangkit


Senja belantara jiwa jiwa kegersangan udara meretak sukma. Pada mereka yang menyanjung sinar di puncak kasih mampu mengenal lebih dari setitis rasa yang dirembes secara natural, bernama cinta. Lebih dari dogma semata, apa cinta sebenarnya? Penuh dengan rasa yang cukup, sekalipun tidak tergambarkan.

Saorang pria berjalan kesaorangan di tengah kota mencari hala tuju yang tidak pasti, di tengah pagi. Sedang beberapa manusia kekurangan nasib yang diberi Tuhan, tidur beralaskan dengan helaian kotak kotak lusuh lagi lembap dek renjisan hujan yang tidak semena. Tapak kaki mereka kelihatan sungguh kasar dan matang. Matang dengan liku liku yang bertandang sepanjang hari ini. Terkadang nasib dipinta pada Tuhan bukan untuk keseronokan semata untuk kesekian harinya, tetapi cukup dengan bahagia. Bahagia dengan selipar baru, kotak baru yang keras dan tidak berbau lembap. Udara segar yang dihidu yang wujud di hening hari sahaja. Elok Subuh berkumandang, jalan raya terus dipenuhi orang orang keramaian yang berpusu mengejar masa. Ya, mereka yang hamba masa ini lebih ketara sifatnya terlihat di tengah kota metropolitan.

Pria tadinya mengenang nasib mereka yang di kaki lima, hingga terlupa akan nasib sendiri. Puas mengukir senyum pada pantulan cermin di bangunan bangunan yang menyucuk langit, tetapi mana bisa merawat hati semudah itu. Dia perlukan dos dan kos rawatan hati yang lebih efisyen. Parut yang terjadi lebih dalam dari yang sebelumnya. Sungguh, perlukan lebih banyak masa bagi benar benar merawat.

Terkenang pada masa lalu, tidak disangka langsung perempuan yang lemah dan lembut sifatnya itu mampu melukis parut hingga terlihatkan di wajah sang pria. Perempuan yang sangat disanjung akan setiap perilaku serta genius mindanya itu, lebih hebat bermain cinta dengannya hingga terlupa membawa kata setia sekali. Cukup dengan senyuman yang paling manis, perempuan itu sudah mampu menundukkan kata hati pria. Melihatkan perkara sebegini, pria itu memang nampak polos hatinya. Bersih lagi naif. Tetapi kini, semacam polos juga cuma lebih kepada polos yang berwarna merah pekat. Warna darah kering, hasil dari parut terkena tikaman perempuan kesayangan itu.

Pria mahu hidup kembali. Tidak lagi dia mahu berselubung dalam mimpi lalu serta kekecewaan yang entah bila mampu pulih itu. Dia bersama mimpi mimpi barunya, akan menggoncang dunia. Cukup untuk dunianya sahaja, tidak perlu untuk menggoncang dunia sebenar hingga mengganggu destinasi manusia lain secara teknikalnya.

Dengan tiap doa dan kebaikan yang pernah dirahmati Tuhan selama ini, pria itu terus melangkah keluar dari kawasan gelap yang dipenuhi dengan manusia manusia yang kekurangan nasib tadi, hingga menemukan cahaya yang benar.

Kita harus percaya bahawa, tanpa kegelapan cahaya tidak akan muncul. Jadi, kegelapan juga adalah suatu fasa yang baik untuk mereka mereka yang tersungkur, menghargai masa lalu yang gelap itu sehingga bertemu dengan masa depan yang cerah.

Si pria meneruskan jalan. Sambil berdoa nasib turun untuknya walau sedikit, selebihnya pada mereka yang lain dikaki lima. Tidak mengapa.

Dan terus, pria itu tetap berjalan...

No comments:

Post a Comment